Infojual cdi thunder 125 ± mulai Rp 7.125 murah dari beragam toko online. cek Cdi Thunder 125 ori atau Cdi Thunder 125 kw sebelum membeli. SELAMAT DATANG di hargano.com, Semoga Rezeki Kita nambah 100x lipat ^_^ Harga Cdi Thunder 125 terbaru - Jika Anda ingin membeli Cdi Thunder 125 namun masih bingung dengan harga yang ditawarkan BeliCDI DSK UNLIMER KOIL COIL RACING THUNDER 125 THUNDER 125 LAMA SETARA DENGAN BRT. Harga Murah di Lapak DDpart Shop. Telah Terjual Lebih Dari 7. Pengiriman cepat Pembayaran 100% aman. Belanja Sekarang Juga Hanya di Bukalapak. SuzukiThunder 250 merupakan motor pertama yang hadir dalam balutan mesin 250cc di Indonesia. Sedianya motor ini dihadirkan sebagai pesaing di jajaran motor sport lainnya, seperti Kawasaki Eliminator Boss 175cc, Honda Tiger 200cc, dan Yamaha Scorpio 225cc. Sayangnya, produksi motor ini hanya bertahan hingga tahun 2005 saja. DH288CDI DSK UNLIMER RACING THUNDER 125 LAMA NEW SETARA DENGAN BRT. Rp311.900. Jakarta Utara anda. Baik dari segi bentuk, model, desain dan warna Cdi Brt Thunder 125 secara lengkap di Tokopedia. Oleh karena itu, anda tidak perlu repot - repot lagi mencari toko Cdi Brt Thunder 125 terdekat dari lokasi anda karena semuanya lengkap di Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Enggak sedikit pemilik Thunder 125 yang mengeluhkan performa besutannya! Apalagi, jika yang diomongi itu akselerasi ataupun power. Malah lari’ motor tipe sport itu hanya bisa berjaban dengan bebek lho. “Maklum aja, itu karena kapasitas mesin yang hanya 125 cc. Enggak sedikit orang yang bilang motor sport dengan cc segitu disebut banci. Karena volume silinder mesin yang serba tanggung,” bilang Parno dari Ponorogo Motor Sport di Pasanggrahan, Jakarta Selatan. Memang sih pendapat Parno ada benarnya. Apalagi dengan kapasitas mesin segitu Thunder 125 kudu membawa bobot kosong 122 kg. Belum lagi ditambah bensin di tangki penuh yang punya volume full 14 liter. Itu semua juga belum termasuk berat pengendara! Kebayangkan berapa beratnya. Nah, semua perhitungan itu jangan disamakan dengan bobot motor bebek yang jumlahnya tak lebih dari 100 kg dong. Begitunya sobat juga enggak mau kan kalau motornya punya cap atau sebutan gak mengenakan itu! Ini Em-Plus bantu deh buat bikin Thunder 125 jadi perkasa. Tapi bukan pakai obat kuat seperti yang banyak dijual di pinggir jalan. Itu sih obat kuat khusus lelaki ya! Part ini semua untuk mendukung performa mesin Thundie. Mulai pengapian, hingga saluran buang. Ketimbang cuap melulu, monggo simak. CDI Resep alias obat yang pertama ini langsung menuju otak pengapian. Namanya otak, tentu pusat syaraf. Makanya biar api yang dikirim buat meledakan campuran bahan bakar dan udara lebih besar, CDI kudu diganti tipe un-limitter. Saat ini CDI yang khusus tersedia buat Thunder di pasaran baru tersedia merek BRT. “Sistem pengapian di Thunder 125 mengadopsi tipe Transistor Ignition System TIS. Jadi ketika ganti CDI, harus dibarengi dengan penggantian koil,” ungkap Tomy Huang, pembuat CDI BRT dari Cibinong, Jawa Barat. Karena aplikasi tipe TIS, maka koil juga harus dialiri arus 12 volt. Sistem pengapian ini, sama seperti di mobil. Setelah ganti CDI dan koil, enggak perlu lagi ubah timing pengapian. “Penggantian CDI ini, bisa menaikan power sekitar 1 dk daya kuda; red,” lanjut Tomy. KOIL Seperti yang sudah dibilang di atas, penggantian CDI mesti didukung penggantian koil. Koil yang dipakai bisa mengadopsi milik motor apa saja. Namun, di pasaran juga banyak tersedia pilihan koil aftermarket tipe racing. “Selama ini, enggak sedikit pemilik Thunder 125 yang memakai koil dari Suzuki RM125,” ujar Morgan dari Raja Motor di Jl. Ciledug Raya, No. A1, Larangan Utara, Ciledug Mal, Tangerang. Bicara soal harga, tentunya koil milik motor special engine SE itu nggak murah. PORTING & POLISH Pengapian diperbesar, nggak ada salahnya lakukan proses porting dan polish pada lubang masuk dan buang di kepala silinder. “Tujuannya, mengubah arah sudut aliran pengabutan ke ruang bakar,” kata Tomy. Anggapan serupa juga diungkapkan Morgan dan Parno. Tanpa porting, rasanya up-grade yang dilakukan kurang maksimal. Begitu juga polish. Biar campuran udara dan bahan bakar mudah meluncur ke ruang bakar, bagian yang kelar diporting kudu dipoles biar licin. Tomy Huang yang pernah melakukan proses ini bilang, tenaga Thunder 125 bisa naik sekitar 2 dk. Tentunya, setelah porting dan ubah otak pengapian ya. KARBURATOR Aslinya, Suzuki Thunder 125 adopsi karburator model vakum ukuran 26 mm Mikuni BS26SS. Buat mendukung performa setelah up-grade yang dilakukan, nggak ada salahnya karburator diganti tipe konvensional. “Pilihannya selama ini banyak yang pakai karburator Keihin tipe PE ukuran 28 mm,” ungkap Morgan. Begitunya, aliran yang dikucurkan makin deras tapi harga karbu juga cukup murah. KNALPOT Biar lebih maksimal lagi, peningkatan performa juga harus didukung pengaplikasian knalpot racing. Soalnya, saluran buang ini mengaplikasi tipe free flow alias langsung. Pakai knalpot tipe ini, gas buang gak bakal tertahan lama di dalam tabung. Soalnya, gas yang meluncur keluar hanya berhadapan dengan peredam di dalam silincer. Beda dengan knalpot standar yang memiliki banyak sekat. Banyak tipe bisa dipilih. Mau yang tipe racing look ataupun knalpot dengan silincer model terompet. “Semuanya bisa meningkatkan power motor,” ungkap Novi dari Inti Jaya Motor di Jl. Kebon Jeruk V, No. 260A, Kota, Jakarta Barat. KAMPAS KOPLING Jika entakan sudah besar, bisa gunakan kampas kopling tipe racing yang banyak dijual di pasaran. Kampas kopling milik Thunder 125, bisa saling subsitusi dengan milik Suzuki RG-R atau Suzuki Satria F-150. “Bisa juga pakai kampas kopling orisinal milik Satria F-150,” saran Morgan. Soalnya, peranti milik Satria F-150 lebih tebal ketimbang aslinya Suzuki Thunder 125. Begitunya, kampas pun jadi lebih awet. TABEL HARGA CDI BRT Rp 350 ribuan Koil RM125 Rp 550 ribuan Blue Thunder Rp 190 ribuan Andrion Series Rp 175 ribuan Karburator Keihin PE28 Rp 600 ribuan Keihin PE28 Daytona Rp 1,3 juta Knalpot Spider Rp 250 – 500 ribu Konic Rp 350 ribuan Kampas Kopling Satria FU150 Rp 1 pcs FOOTSTEP RACING Enggak salah juga pakai footstep racing. Kan tak cuma mesin/url] doang yang diubah performanya, tapi tampilan juga bisa sedikit didongkrak. Nah, ada nih tawaran pijakan kaki ala underbone. “Peranti ini sudah tersedia braket buat dudukan ke sasis. Jadi, tinggal pasang,” ujar Novi dari Inti Jaya Motor yang bisa dikontak di Nomor 012 6012360 atau 6397982. Satu set footstep dijual Rp 100 ribu. No credit No caption Suzuki Thunder 125 punya tambahan nama depan yaitu "new". Artinya, pasti banyak yang baru. Yuk kita kupas satu persatu. Mulai dari mesin dulu ya! Pasalnya bagian ini yang paling mencolok luar, mesin baru Thunder 125 terlihat lebih berotot. Ini ada hubungannya dengan penambahan engine balancer yang mengakibatkan bentuk crank case-nya berubah. "Engine balancer bikin mesin lebih halus," ungkap Victor Assani dari divisi Marketing 2W PT Suzuki Indomobil Sales SIS."Perbedaan lainnya adalah rocker arm-nya ditambah spring biar lebih cepat buka tutup klepnya. Ada juga penambahan scissors gear biar dengungan di koplingnya bisa lebih kecil," ungkap pria yang doyan ngocol lagi, dinamo starter yang dulu ad di bagian depan mesin sekarang pindah ke belakang. Tepatnya di bawah karburator. "Biar enggak gampang kotor," terang Victor sambil menunjukan bentuk rumah baut tap oli yang baru. "Rumah baut tap oli yang sekarang lebih cekung ke dalam, sehingga bautnya lebih aman dari benturan," yakinnya. Sedang ruang bakarnya tak ada yang berbeda. Tetap 125 cc, tapi menurut data spesifikasi di brosur, ada sedikit perbedaan tenaga. Mesin Thunder 125 versi terdahulu powernya mencapai 11,5 Ps di rpm, sedang Thunder 125 baru hanya 11,28 Ps di 9000 rpm. Sedang bobotnya, Thunder baru lebih berat 3 kilogram dari Thunder 125 terdahulu yang hanya 127 kilogram. O CDI é um circuito eletrônico que é responsável por dar o sinal, para a bobina de alta tensão, fazer com que a vela ou as velas, façam uma faísca... E o que o CDI tem de especial, para o funcionamento do motor? A faísca de um motor de um motor da XT que é a 4 tempos quando está a funcionando a 1200 RPM deve ser dada para a vela +/-4 graus antes do Pistão atingir o ponto morto superior. Mas se o motor tiver a 4000 RPM já deve sair aos 8 graus antes do ponto morto superior. Resumindo e concluíndo, o CDI tem a função de fazer as contas, consoante a rotação do motor, enviar a faísca mais cedo ou não e na altura certa... O CDI recebe um sinal do PICK UP é um pequeno íman que está no volante magnético e que sabe a posição do ponto de ignição. Esse sinal que o Pick up ou bobina de pulso envia vai ser a referencia para o CDI fazer as contas da rotação do motor e quando deve mandar a vela fazer a faísca... O CDI além de ser um interruptor inteligente porque antecipa a faísca quando a rotação aumenta Tem no seu interior uma serie de condensadores e resistências... e um Interruptor de Silício estado sólido que vai enviar o tal sinal a bobina de alta tensão... Interruptor de Silício, é o que nós conhecemos por um Transístor... e costuma ser o ponto fraco do CDI...que provoca a queima do CDI Este Transístor da foto é o "2SD1071" que é utilizado na XT750Z Super Ténéré Tecnicamente falando O objetivo do sistema de ignição é fornecer uma centelha faísca gerada entre os pólos da vela no interior da câmara de combustão antes do pistão se aproximar do fim do curso de compressão, a fim de iniciar a queima da mistura ar-combustível. O instante em que ocorre o centelhamento tem importância para a eficiência e desempenho do motor. Como a queima da mistura ar/combustível não é instantânea, quanto mais rápida é a velocidade de rotação do motor, mais adiantada deve ser o início da queima. A isso se dá o nome de adiantar a ignição. Para aproveitar melhor a mistura, é necessário que toda ela termine de queimar pouco depois do pistão passar do PMS, onde ocorrerá a máxima pressão dentro da câmara de combustão. O avanço da ignição é, então, de fundamental importância para o rendimento do motor. Com o desenvolvimento da eletrônica foi possível aprimorar este sistema e atualmente há em todas as motocicletas um sistema eletrônico que é o responsável por fornecer a centelha no instante exato para cada rotação do motor, gerando economia de combustível, redução da emissão de gases tóxicos e diminuição da perda de rendimento do motor. Estamos nos referindo ao módulo de controle da ignição ou simplesmente ICM, podendo ser um CDI ignição por descarga capacitiva ou IDI Ignição por Descarga Indutiva. Todo módulo de ignição moderno possui um pequeno processador de dados, que nada mais é que um processador, parecido com o de um computador, porém de capacidade menor. É na memória do processador está armazenada a curva de avanço do ponto, que basicamente é a relação entre a rotação do motor e o avanço do ponto. A curva de avanço depende de várias características do motor e da moto. Para que o processador consiga gerar o sinal para a faísca no ponto correto são necessárias duas informações velocidade de rotação e a posição do pistão. Estes dois sinais são obtidos através de sensores. A configuração mais comum é a de um sensor apenas, mas podem ser mais. O sensor mais comum é a bobina de pulso, também chamada de “pickup”. Pela bobina passam ressaltos metálicos, que normalmente estão no volante do magneto, mas também podem estar em um disco dentado. Na passagem de cada ressalto dois sinais elétricos são gerados, um pulso positivo e um negativo, ou invertido, negativo e depois positivo. Os sinais da bobina de ignição chegam ao módulo de ignição, na etapa chamada “Condicionador de Sinal”, que transforma estes sinais em sinais elétricos que podem ser “lidos” pelo processador. O processador interpreta estes sinais e extrai as duas informações que necessita posição e velocidade de rotação. Com estas informações o processador obtém o avanço e no momento correto, conforme a posição do motor, gera o sinal para a etapa de potência. Na unidade de potência o sinal gerado pelo processador é usado para disparar um pulso de média tensão na faixa de 100 a 900 volts sobre a Bobina de Ignição que trabalha similar a um transformador, elevando a tensão. Este pulso no enrolamento primário da bobina de ignição faz “aparecer” a alta tensão em seu secundário similar a um transformador, que ligado na vela de ignição gera a faísca para iniciar a queima da mistura de ar e combustível que se encontra dentro da câmara de combustão. Para gerar o pulso de média tensão no enrolamento primário, é necessário que uma certa quantidade de energia seja previamente armazenada. Esta energia deve vir de algum lugar e as possibilidades são duas ou a bobina de força ou a bateria nunca as duas. Para continuar é necessário dividir os módulos de ignição em CDI ignição por descarga capacitiva e IDI ignição por descarga indutiva.Vamos abordar os CDIs primeiro. Nos CDIs a energia para o pulso de média tensão sobre a bobina é armazenada em forma de campo elétrico em o capacitor, que fica dentro do módulo de ignição, na unidade de potência. Por isso chamamos de descarga capacitiva. O capacitor deve ser carregado com uma tensão na faixa de 100V a 400V. Esta tensão é obtida ou pela Bobina de Força, que a gera diretamente, ou pela bateria. Como a bateria possui apenas 12 volts, quando a bateria é usada os CDIs possuem internamente um elevador de tensão, que tranforma os 12 volts em 200 ou mais volts. A ignição por descarga capacitiva possui a vantagem de usar ou não bateria, conforme o modelo uma vantagem para motos off-road, usar bobinas de ignição menores e mais simples. Nos IDIs a energia para o pulso de média tensão é armazenada na própria bobina de ignição, em forma de campo magnético. Para fazer isso a bobina de ignição usada é ligada pelo módulo de ignição em 12 volts da bateria. Enquanto ligada aos 12 volts circulará pelo primário da bobina uma corrente que irá gerar o campo magnético. A média tensão no primário é gerada ao desligar a bobina dos 12 volts. Em função do comportamento indutivo da bobina dai o nome descarga indutiva, no momento em que ela é desligada irá surgir no primário da bobina um pulso de tensão na faixa entre 300 e 900 IDIs são eletronicamente mais simples, porém sua bobina de ignição é normalmente maior e mais complexa. Finalmente, há ainda os sinais de bloqueio, usados para impedir que a moto ligue em determinadas situações. Os mais comuns são o do descanso lateral e do neutro ponto morto. Estes sinais evitam, então, que o motor ligue em uma situação que poderia derrubar o motociclista. Glossário Centelha faísca gerada entre os pólos da vela de ignição, e tem por objetivo inflamar a mistura ar+ combustível. PMS Abreviatura do termo “ponto morto superior”, que significa que o pistão atingiu o seu ponto mais alto. FilterOtomotifSpare Part MotorSpare Part MobilAudio, Kamera & Elektronik LainnyaAudioMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata produk untuk "cdi thunder" 1 - 60 dari Unit Thunder TangerangSamurai MotopartAdkabel busi starlet platina cdi blue PusatVICTORY - WARUNG MODIFIKASIAdCDI BRT Powermax Honda Blade BogorBintang Racing 5AdCDI BRT Powermax Honda Vario BogorBintang Racing 8AdCDI BRT Powermax Honda Vario BogorBintang Racing TangerangBandara Motopit 250+cdi thunder 125 2008 cdi suzuki thunder 125 new 2008 made in Timurhokitama 250+Sisa 4CDI THUNDER 125 NEW 32900-26H60-000 ORIGINAL BaratLestari Motor 1SPOOL SPULL PULSER CDI STATOR THUNDER 125 LAMA GOOD BaratLestari Motor 8CDI RACING THUNDER 125 DSK NO LIMIT SETARA 2%Kab. BandungCapricorn 50+

perbedaan cdi thunder 125 lama dan baru